AKTIVITAS HEPATOPROTEKTIF PERASAN DAUN BINAHONG PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

Authors

  • Budi Siswanto Poltekkes Kemenkes Banten
  • Ranti Dwi Astriani Poltekkes Kemenkes Banten

DOI:

https://doi.org/10.36743/medikes.v2i2.120

Keywords:

Aktivitas Hepatoprotektif, Perasan Daun Binahong

Abstract

Pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai obat tradisional mulai dikembangkan. Hal ini disebabkan masyarakat menyadari efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat sintetik lebih besar dibandingkan dengan obat-obat yang terbuat sari alam, selain itu juga harganya yang terjangkau, mudah dibuat dan mudah juga diperolehnya (Wijayakusuma, dkk, 1996). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral dalam bentuk sediaan sarian atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan empiris (heyne, 1987), Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai kegunaan tumbuhan herbal, maka banyak masyarakat yang beralih memanfaatkan tumbuhan herbal sebagai bahan pengobatan alternatif. Binahong ( Andredera cordifolia (Ten.) Steenis, merupakan salah satu tumbuhan herbal yang memiliki khasiat sebagai tanaman bahan obat yang digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak merugikan bagi tubuh. Binahong berasal dari dataran China dengan nama asalnya adalah Dheng san chi. Uniknya, hampir semua bagian dari tanaman ini dapat digunakan sebagai obat. Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan Aktivitas kadar AST dan ALT serum darah hewan coba yang diinduksi paracetamol dapat dihambat oleh ekstrak daun binahong, karena daun binahong mempunyai kemampuan untuk melindungi kerusakan hepar hewan coba tikus putih, kerusakan hepar secara akut dapat terlihat dari adanya peningkatan kadar ALT lebih tinggi daripada kadar AST, sedangkan pada kerusakan hepar yang bersifat kronis kadar AST lebih tinggi dari ALT. Saran perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis ekstrak yang optimum dan jangka waktu penelitian lebih lama, selain itu perlu dilakukan penelitian secara histopatologis pada organ tubuh yang ingin dilihat.

References

1. Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S..1986. Dasar –Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia.

2. Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Obat.Jurnal Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri. Jurnal Artikel Penelitian, (Online). Volume 15Nomor 1:3. diakses 25 Mei 2013.

3. Wijayakusuma, H., S. Dalimartha, dan A.S. Wirian. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid 4. Pustaka Kartini, Jakarta.

4. Heyne. K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

5. Anonimus. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Ditjen POM. Departemen Kesehatan RI, Jakarta

6. Setiaji, A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat Dan Etanol 70% Rhizoma Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Staphylococcus aureus Atcc 25923 Dan Escherichia coli Atcc 11229 Serta Skrining Fitokimianya. Terdapat pada http://etd.eprints. ums.ac.id/5253/1/K100050288.pdf.diakses 25 April 2013.


7. Alan, L. dan N. D. Miller. 1996. Antioxidant flavonoids: Structure, function and clinical usage. Alt. Med. Rev. 1(2):103-111.

8. Harborne JB 1973. Phytochemical Method London, Chapman and Hall, Ltd, pp 49-188

Downloads

Published

2015-11-30

How to Cite

Siswanto, B., & Astriani, R. D. (2015). AKTIVITAS HEPATOPROTEKTIF PERASAN DAUN BINAHONG PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL. Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 2(2), 234–239. https://doi.org/10.36743/medikes.v2i2.120

Issue

Section

Articles