Faktor Risiko Pascanatal Terhadap Kejadian Stunting Baduta Usia 6 – 18 Bulan di Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas

Authors

  • Titik - Istiningsih Midwifery

DOI:

https://doi.org/10.36743/medikes.v8i1.254

Keywords:

Stunting, ASI Ekslusif, ISPA, Diare, BBLR

Abstract

ABSTRAK

 

 

 

Permasalahan gizi merupakan masalah utama di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kekurangan gizi kronis merupakan penyebab utama perawakan pendek (stunting). Tingginya angka prevalensi stunting Kabupaten Kapuas yaitu 42% yang melebihi dari standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20% yang artinya stunting balita di Kabupaten Kapuas saat ini masih di atas batas toleransi yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko pascanatal yang memengaruhi kejadian stunting  baduta usia 6-18 bulan di wilayah puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan desain Cross sectional, dengan jumlah sampel penelitian 136 orang ibu yang memiliki Baduta berusia 6-18 bulan di wilayah kerja puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas yang diambil secara consecutive sampling.  Pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran panjang badan untuk data kejadian stunting, wawancara untuk data Status pemberian ASI ekslusif, riwayat penyakit ISPA,  riwayat diare, riwayat berat badan lahir,  dan riwayat kunjungan posyandu, serta survey konsumsi dengan metode food frequency questionnaires untuk data riwayat asupan energi dan protein, kemudian data diolah dan dianalisis secara deskriptif analitik menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda

Hasil penelitian di tempat penelitian menunjukkan prevalensi kejadian stunting sebesar 40,4 %. Faktor yang terbukti berhubungan dengan stunting diantaranya riwayat pemberian ASI ekslusif nilai p = 0,047, asupan energi nilai p = <0,001, riwayat Diare nilai p= 0,048, kunjungan ibu baduta ke posyandu nilai p = 0,006. Sedangkan faktor yang tidak terbukti berhubungan dengan stunting adalah asupan protein nilai p = 0,394, riwayat penyakit ISPA nilai p = 0,809, riwayat BBLR nilai p = 0,351. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah Tingkat Asupan Energi dengan OR 15,990 (IK 6,387 – 40,035) dengan nilai p = 0,000 dan Riwayat Diare OR 3,130 (1,278 – 7,665) dengan nilai p = 0,013.

Tingkat asupan energi merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan stunting. Peningkatan pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan tambahan pendamping ASI dengan menu gizi seimbang serta kesehatan lingkungan merupakan upaya untuk mencegah stunting.

 

References

1. Kikafunda JK Walker AF, Collett D, Tumwine JK. Risc factors for early childhood malnutrition in Uganda. Pediatrics. 1998;102:e45.
2. WHO. Global Health Observatory Data: Child Malnutrition. 2017.
3. TNP2K. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (stunting): Ringkasan. Jakarta: Sekretariat wakil Presiden Republik Indonesia;2017.
4. Profil Kesehatan provinsi Kalimantan Tengah 2017. Dinas Kesehatan provinsi kalimantan Tengah
5. Hasil Pemantauan Status Gizi 2017. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
6. Soejtiningsih, IG.N. Gde Ranuh. Tumbuh kembang anak; penyunting Suyono, JY.ed.2.Jakarta;EGC,2013.hlm595-609
7. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-5 Sagung Seto. Jakarta:2014
8. Mexitalia M. ASI sebagai pencegah malnutrisi pada bayi. Jakarta Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;2010
9. Simondon KB Sf, Costes R, Delaunay V, Diall A. Breastfeeding is associated with improved growth in length, but now weight, in rural Senegalese toddlers 1-3. American journal Clinical Nutrition 2001;73:959-67.
10. Lestari W, Margawati A, Rahfiludin Z. Faktor risiko stunting pada anak umur 6-24 bulan di kecamatan penanggalan kota Subulussalam provinsi Aceh. Jurnal Gizi Indonesia (the Indonesian journal of Nutrition.
11. Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririanty M. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita diwilayah pedesaan dan perkotaan (the factors Affectingstunting on Toddler in Rural and Urban Areas). Pustaka Kesehatan. 2015;3(1):163-70.
12. Maradesa E, Kapantow NH, Punuh MI. Hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja puskesmas Wilantakan kecamatan Langowan. Kesmas. 2015;4(1)
13. Hidayat TS, Fuada N. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Morbiditas dan Status Gizi Balita di Indonesia ( Relationship Between Environmental Sanitation, Morbidity and Nutrisional Status of Under-Five Children in Indonesia). Nutritition and Food Research.34(2).
14. Priyono DIP, Sulistiyani S, Ratnawati LY, Determinan Kejadian Stunting pada Anak Balita Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Randuagung Kabupaten Lumajang (Determinants of Stunting Among Children Aged 12-36 Months in Community Health Center of Randuagung, Lumajang Distric). Pustaka Kesehatan. 2015;3(2):349-55.
15. Rivera JA, Hotz C, Gonzalez-cossio T, Neufeld L, Garcia-Guerra A. The effect of micronutrien deficiencies on child growth. A Review of Result from comunity-based Supplementation Trial. J. Nutr. 2003;133:4010S-4020S.
16. Baqui AH, Zaman K, Persson LA, Arifeen SE, Yunus M, et al. Simultaneus weekly supplementation of iron and zinc is associated with lower morbidity due to diarrhae and acute lower respiratory infection in Bangladesh infant. J Nutr. 2003;133:4150-4157
17. Berek TDK, Faizah Z, Purwaningsih E. Pola asuh ibu, kejadian diare dan pertumbuhan sampai 4 bulan pada bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim. M Med Indonesia. 2008;43(3):122-28.
18. Direktorat pencegahan penyakit Depkes RI. Informasi pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
19. Kusharisupeni. Growth faltering pada bayi di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Makara Kesehatan. 2002; 6: 1-5
20. Santos IS, Matijasevich A, Dominingues MR, Barros AJ, Victoria CG, Barros FC. Late preterm birth is a risk factor for growth falteringin early childhood: a cohort study. BMC pediatr. 2009;9:71-8
21. Maryunani A. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans info Media; 2010
22. Welasasih BD, Wirjatmadi RB. Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi stunting.2012 The IndonesianJournal of Public Health;2012: (3):99-104
23. Eko Putro Sandjojo. Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting.Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; 2017

Downloads

Published

2021-05-31

How to Cite

Istiningsih, T. .-. (2021). Faktor Risiko Pascanatal Terhadap Kejadian Stunting Baduta Usia 6 – 18 Bulan di Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas. Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 8(1), 47–60. https://doi.org/10.36743/medikes.v8i1.254

Issue

Section

Articles